Seringkali kita temui anak-anak menangis saat di pusat perbelanjaan hingga berguling dan berteriak-teriak, tanpa memperdulikan keramaian disekelilingnya. Fenomena semacam ini disebut sebagai tantrum, yang mana anak mengalami gangguan emosi dan sulit mengutarakan isi hati atau kemauannya dengan cara yang tepat. Tentunya ini membuat stres para ayah bunda yang pernah mengalami hal serupa pada buah hatinya. Ayah bunda tidak perlu cemas dan malu, cukup tangani dengan cara yang tepat agar si kecil mudah mengelola emosinya dan mendapat pembelajaran dari kejadian tersebut.
Penyebab Tantrum
Tantrum sering terjadi pada anak usia 0-5 tahun dengan gejala yang berbeda-beda. Menurut Tasmin (2002) umumnya pada usia <3 tahun (A) anak akan menunjukkan perilaku diantaranya: menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, memekik-mekik, melengkungkan punggung, melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan nafas, membentur-benturkan kepala, dan melempar-lempar barang. Pada anak usia 3-4 tahun (B) anak akan menunjukkan perilaku diantaranya: perilaku-perilaku pada anak usia <3 tahun (A), menghentak-hentakan kaki, berteriak-teriak, meninju membanting pintu, mengkritik, dan merengek. Sedangkan pada anak usia >5 tahun anak akan menunjukkan perilaku diantaranya: Perilaku pada poin A dan B, memaki, menyumpah, memukul kakak/adik atau temannya, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja, hingga mengancam.
Penyebab tantrum sangat beragam, maka ayah bunda harus benar-benar mengetahui penyebab utama anak mengalami ledakan emosi ini. Mengacu pada teori kebutuhan dasar manusia oleh Abraham Maslow seorang ahli psikolog. Bahwasannya manusia memiliki lima kebutuhan dasar yang disebut hierarki kebutuhan, diantaranya:
- Kebutuhan fisiologis/biologis, kebutuhan fisik seperti rasa lapar, haus, pakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya.
- Kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa keselamatan, kestabilan, proteksi, keteraturan, bebas dari rasa takut, dan kenyamanan.
- Kebutuhan kasih sayang (memiliki dan cinta) memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain, seperti keluarga, teman, pasangan, dan merasa bagian dari suatu kelompok.
- Kebutuhan dihargai mendapatkan rasa hormat dari orang lain.
- Kebutuhan aktualisasi diri, seseorang akan mengembangkan diri dan melakukan apa saja yang dikuasainya apabila kebutuhan pertama sampai keempat sudah terpenuhi.
Begitupun dengan anak-anak, apabila kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi maka akan terjadi ledakan emosi, terlebih jika ananda belum mampu berbicara dengan jelas dan sulit mengungkapkan kemauannya. Disinilah peran ayah bunda untuk membantu buah hati mengelola emosinya dan mengerti kebutuhannnya. Penuhi tangka cintanya baik itu perhatian, kasih sayang, maupun kebutuhan fisiknya.
Cara Mengatasi Tantrum
Tidak jarang ayah bunda akan malu saat buah hati tiba-tiba tantrum dipusat keramaian dan mengambil tindakan yang kurang tepat agar anak diam. Padahal saat anak tantrum justru dapat menjadi momen terbaik untuk menunjukkan kasih sayang ayah bunda dan nilai-nilai kebaikan pada buah hati. Beberapa cara mengatasi anak tantrum diantaranya:
- Tenangkan Diri
Sebelum ayah bunda mengendalikan emosi buah hati yang sedang meledak-ledak. Alangkah baiknya jika ayah bunda sejenak menarik nafas Panjang agar lebih tenang dan tidak terbawa emosi. Dimaksudkan agar ayah bunda tidak salah mengambil tindakan, dengan membentak atau memukul si kecil.
- Cari Penyebabnya
Saat ayah bunda sudah mulai tenang, coba cari tahu penyebab utama anak tantrum. Ayah bunda dapat mengamati dari lima poin kebutuhan dasar manusia diatas. Poin diatas dapat dicocokkan dengan kejadian atau kondisi anak sebelum mengalami tantrum.
- Bantu Anak Mengutarakan Kemauan
Jika anak belum mampu berbicara dengan jelas, ayah bunda dapat memberi pertanyaan singkat, seperti “kamu lapar?”, “kamu haus?”, “kamu mengantuk?”, agar si kecil dapat menjawab dengan mengangguk atau menggelengkan kepala. Jika si kecil sudah mampu berbicara, ayah bunda dapat bertanya dan memberikan alternatif lain yang menarik tanpa harus mengubah kata ‘tidak’ menjadi ‘iya’ sesuai kemauan si kecil, seperti “kamu boleh bermain setelah makan siang dulu ya, nanti ayah akan menemanimu bermain bola di taman, bagaimana?”. Tentunya percakapan seperti ini akan dapat dilakukan jika ayah bunda tenang dan si kecil mulai merasa nyaman disamping ayah bunda.
- Peluk Penuh Cinta
Apabila opsi diatas masih belum mampu meredakan tantrum anak, bahkan semakin menjadi-jadi, maka ayah bunda cukup memeluknya dengan penuh cinta. Peluk buah hati senyaman mungkin, tanpa mengatakan apapun, sambil mengelus-elus punggungnya dan bukan bermaksud menidurkannya tapi menenangkannya. Saat anak sudah tenang, barulah ajak ia berbicara dan jelaskan nilai apa yang harus dia ambil dari kejadian sebelumnya serta cara dia menenangkan hatinya.
Itulah beberapa opsi cara mengetahui penyebab dan mengatasi anak tantrum, tentunya setiap orang tua memiliki caranya masing-masing dalam menenangkan buah hati. Yang harus digarisbawahi, jangan membentak, memukul, apalagi memberi hukuman pada anak untuk meredakan tantrumnya. Justru ayah bunda harus menunjukkan kasih sayang dan menjelaskan hal atau nilai-nilai kehidupan yang baik agar si kecil menyadari bahwa ayah bunda melakukan itu sebagai bentuk cinta dan ia dapat mengambil pembelajaran dari kejadian tersebut.