Awas, Jangan Lakukan Ini Agar Anak Tidak Terlambat Bicara (Speech Delay)!

Awas, Jangan Lakukan Ini Agar Anak Tidak Terlambat Bicara (Speech Delay)!

Anak yang memasuki usia dua tahun, pada umumnya sudah mampu menguasai beberapa kosa kata. Namun, beberapa anak tidak menunjukkan adanya perkembangan bahasa. Melansir WebMD, anak-anak setidaknya dapat diberi label mengalami speech delay jika mereka berbicara kurang dari 10 kata pada usia 18 sampai 20 bulan, atau kurang dari 50 kata pada usia 21 sampai Usia 30 bulan. Hal ini karena tangki bahasa anak belum terisi sesuai perkembangannya. Apakah keterlambatan bicara (speech delay) pada anak adalah kesalahan pola asuh orang tua atau lingkungan sekitarnya?

Faktor Penyebab Anak Terlambat Bicara (Speech Delay)

Beberapa orang tua merasa stres karena sulit memahami bahasa anak. Tidak jarang kondisi ini membuat anak mengamuk karena orang disekitarnya sulit untuk memahami keinginannya sehingga mengganggu psikis, sosial, dan prestasi anak. Berikut beberapa pola asuh yang harus dihindari agar perkembangan bahasa anak sesuai pada umurnya:

  1. Membiasakan Screen Time

Usia dibawah dua tahun merupakan masa emas tumbuh kembang anak. Akan sangat disayangkan jika masa ini dilewatkan dengan memberikan screen time baik dengan televisi atau gadget  sepanjang waktu. Membiasakan anak asyik dengan gadgetnya akan membuat sepi bahasa anak. Memang tampak menyenangkan melihat anak tenang dan serius mengamati gambar dan cerita yang bergerak cepat di layar. Namun, sejatinya anak justru lebih membutuhkan komunikasi dua arah antara anak dan orang sekitarnya. Adanya komunikasi dua arah ini akan banyak mengisi tangki bahasa anak dan mendekatkan anak pada kehidupan sosialnya yang nyata.

  1. Tidak Ada Kontak Mata Tiga Arah

Pernahkah ayah bunda berbicara pada anak, namun justru ia hanya fokus pada mainan tanpa memperhatikan ayah bunda? Ini menandakan tidak terjadi kontak mata tiga arah. Kontak mata tiga arah disini antara orang tua – objek – anak. Saat orang tua menunjukkan suatu objek pada anak, kemudian anak mengamatinya dan membalas tatapan pada ayah bunda, ini menandakan anak mengerti dan memahami apa yang ayah bunda maksudkan. Kontak mata tiga arah ini akan menjadi jembatan bahasa terbaik pada anak, karena anak tidak hanya mengikuti kosa kata yang ayah bunda ucapkan tetapi ia juga memahami maksud dari kosa kata tersebut.

  1. Multilingual
Baca juga  Saran Gizi dan Stimulasi untuk Mencegah Stunting pada Anak Usia 0–5 Tahun

Masa awal anak belajar bahasa adalah dengan meniru bahasa orang tuanya. Jika ayah bunda sering mencontohkan berbicara dengan berbagai bahasa dihadapan anak, anak justru akan bingung memaknainya. Meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan normal, apabila ayah bunda tidak memberi contoh berbahasa yang baik, justru akan menghambat kemampuan bicara buah hati. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa anak yang hidup di lingkungan dengan memakai beragam bahasa mengalami kebingungan berbahasa dan berakibat pada keterlambatan bicara (speech delay). Maka akan lebih baik jika tahap awal bicara, anak dikenalkan dengan bahasa ibu dan kemudian baru dilanjutkan mengenalkan bahasa daerah/bahasa asing jika ayah bunda menginginkannya.

  1. Kurang Adanya Motivasi

Lingkungan sekitar juga akan sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak. Anak akan sulit termotivasi untuk berbicara apabila lingkungan sekitarnya tidak mendukung, missal dengan orang tua yang sibuk dengan kegiatannya meskipun didalam rumah atau jarang bersosialisasi dengan anak seusianya. Ayah bunda dapat mengajak anak bermain dengan bermain peran, bermain bongkar pasang, membaca buku, dan lain sebagainya yang dapat memotivasi anak berbicara. Selain itu, ayah bunda juga dapat memotivasi dengan membiarkannya bersosialisasi dengan anak seusianya atau tetangga sekitarnya agar anak mulai ada dorongan untuk berinteraksi dan mencontoh apa yang dikatakan teman seusianya.

Terkadang para orang tua sudah memberikan pola asuh terbaik untuk buah hati. Namun beberapa hal diatas bukanlah pola asuh yang baik untuk perkembangan bicara anak jika dilakukan secara berkelanjutan. Semoga ayah bunda lebih semangat untuk mengisi tangki bahasa anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *