Merangkak adalah aktivitas pertama bayi yang menggunakan kedua sisi tubuh baik kanan maupun kiri secara bersamaan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Saat bayi mulai bisa merangkak menunjukkan fondasi tumbuh kembang bayi sudah kokoh karena mampu mengitegrasikan otot-ototnya secara bersamaan. Aktivitas ini sebagai stimulasi corpus collosum (jembatan komunikasi antara otak kanan dan otak kiri, melatih crossing the mind line, visual dan motor planning, serta mengintegrasikan primitive reflex. Oleh karena itu, merangkak ini adalah milestone yang tidak boleh dilewati. Lalu, apakah berbahaya jika bayi tidak merangkak? Dan bagaimana cara menstimulasi merangkak yang tepat? Mari simak ulasan berikut ini.
Bahaya Bayi Tidak Melalui Fase Merangkak
Perkembangan dan kemampuan bayi memang berbeda-beda, namun dapat dimaksimalkan dengan memberikan stimulasi dan fasilitas yang tepat. Beberapa bayi akan mulai merangkak saat usia delapan bulan saat sudah mampu duduk tegak. Namun, tidak jarang bayi yang melewati fase merangkak. Menurut para ahli, beberapa bahaya bayi tidak merangkak sebagai berikut:
- Keseimbangan Tubuh
Merangkak merupakan fase bayi mulai mengoordinasikan gerak tangan dan kakinya secara bersamaan. Apabila bayi sudah mampu merangkak secara beriringan kaki kanan-tangan kiri dan kaki kiri-tangan kanan dapat diartikan bayi sudah mulai membentuk keseimbangan. Keseimbangan tubuh inilah yang nantinya akan berpengaruh pada fase berjalan dan berlari. Selain itu, keseimbangan tubuh ini juga melatih refleks bergerak bayi untuk menghindari hal fatal saat dalam posisi berbahaya. Sehingga tidak jarang anak yang melalui fase merangkakakan mudah sekali terjatuh saat berjalan atau menabrak sesuatu yang ada disekelilingnya.
- Keseimbangan Konvergensi
Anak yang tidak melalui fase merangkak, akan mengalami gangguan gerakan konvergensi (pemusatan pandangan). Gangguan ini akan menyebabkan penglihatannya menjadi buram, letih, atau nyeri kepala, sehingga tidak suka membaca. Hal ini terjadi karena saat membaca tulisan akan tampak goyang, buram, dan akhirnya membuatnya pusing.
- Koordinasi Mata-Tangan
Fase merangkak akan melatih koordinasi mata-tangan, saat fokus melihat kedepan anak akan menyesuaikan gerakan tangan yang diayunkan saat merangkak. Pada anak yang melewati fase ini akan kesulitan melakukan gerakan yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan. Contoh aktivitas yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan yaitu mengancingkan baju, sebab anak akan bingung melihat lubang kancing dan kancingnya dua.
- Daya Konsentrasi
Merangkak membuktikan kemampuan motoric bayi anda berkembang dengan baik, maka akan mampu mengontrol tubuh dengan baik saat diberikan stimulus sehingga tidak sulit untuk berkonsentrasi. Pada anak yang tidak merangkak, mereka akan kesulitan konsentrasi sehingga tidak dapat memusatkan perhatian pada sebuah benda dan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang buruk. Hal ini menyebabkan sulit menyerap pelajaran atau informasi secara baik. Ketidakmampuan anak untuk menyerap pelajaran atau informasi dengan baik menyebabkan prestasinya berada di bawah anak lainnya. Ketika hal ini terjadi, gangguan psikologis berupa rasa kurang percaya diri, rendah diri, dan malu sangat mungkin terjadi. Apabila anak mengalami gangguan psikologis tersebut, maka pada umumnya anak akan mencari perhatian untuk menunjukan jati dirinya dengan melakukan kegiatan-kegiatan di luar kebiasaannya yang terkadang negatif sehingga berpotensi menimbulkan kenakalan remaja.
Stimulasi Bayi Merangkak dengan Tepat
Proses belajar merangkak pada bayi tidak selalu sama bentuk dan waktunya. Saat bayi sudah mampu beralih dari satu tempat ke tempat lain dapat dikatan merangkak. Fase merangkak diawali dari merangkak mau menggunakan tangan tapi perut masih dilantai, bisa bertahan lama saat tummy time, bisa naik ke posisi merangkak namun hanya menggerakkan badannya kedepaan kebelakang (onggong-onggong), bayi merangkak mundur, kemudian bayi merangkak dengan mengangkat perutnya dan menggerakkan tangan dan kaki sisi berlawanan pada saat yang bersamaan. Beberapa stimulasi yang bisa ayah bunda lakukan diantaranya:
- Perbanyak Tummy Time dan Berguling
Tummy time menjadi terapi latihan yang dapat melatih ketaangkasan otot. Saat bayi tengkurap, otot leher, bahu, punggung, perut, lengan dan paha akan saling berkoordinasi untuk menciptakan stabilitas tubuh. Maka ayah bunda perlu memperbanyak tummy time dan berguling sebelum melatih bayi untuk duduk. Simak cara melakukan tummy time dan berguling yang tepat pada artikel sebelumnya.
- Perbanyak Floor Play
Membiarkan bayi mengeksplor lingkungan sekelilingnya dan memperbanyak bermain dilantai akan membuat bayi semakin mandiri. Biarkan bayi anda menikmati sensasi bergerak dilantai dan meraih apa yang menarik disekelilingnya. Pastikan tempat bermain anak anda aman ya ayah bunda dari benda tajam, colokan listrik, tangga, atau barang yang mudah jatuh dan menimpa bayi.
- Stimulasi dengan Mainan atau Bunyi Menarik
Memancing bayi dengan mainan kesukaannya akan mendorong bayi untuk lebih termotivasi duduk meraihnya. Selain menstimulasi dengan mainan favoritnya, ayah bunda juga dapat dilakukan dengan menstimulasi menggunakan foot rattles atau juga bisa memancing dengan bunyi menarik akan bayi termotivasi bergerak menghampiri.
- Contohkan Cara Merangkak
Ayah bunda dapat mencontohkan cara merangkak dengan ikut merangkak didepan bayi. Hal ini bertujuan agar bayi meniru dan lebih termotivasi ikut merangkak. Selain itu, bayi akan lebih percaya diri dan mandiri karena merasa dibersamai ayah bunda.
Itulah tadi bahaya bayi melewati fase merangkak dan cara stimulasinya. Apabila saat usia 12-13 bulan bayi ayah bunda belum tertarik merangkak, silakan konsultasikan pada dokter spesialis anak agar mendapat penanganan yang tepat. Semoga ulasan ini bermanfaat ya ayah bunda,tetap semangat membersamai tumbuh kembang buah hati tercinta.